Ini cerita di mana di situ yang mana panggungnya adalah kediaman saudara Dwi Oktaviani yang mana merupakan anggota Divisi Kesekretariatan. Ahaha gak penting banget ==.
Jadi ini tentang kami--Sinyak, Emmy, kak Ali, Theo, Ika, Aceng, Kamut, Salome, dan Kutil...ada yang lupa disebutin?--yang sepakat untuk memusuhi Kurab si Trouble LOL Makernya Bastra, yang ujung-ujungnya malah kami yang kena batunya. Jadi ceritanya..
Saat itu malam Jumat*'kan sudah disebutin di judul* 15 Maret 2012. Kejadiannya adalah setelah dari teater Langit kami tiba-tiba mendapat panggilan malaikat huaa *binar2 dah mata* tahu kan kalau yang namanya anak kos di tanggal segitu pasti duit menipis dan sangat sungguh mengharapkan traktiran dan gratisan?? Nah, jadi ceritanya si Dwi jadi malaikat semalam karena dia memanggil kami untuk datang ke rumahnya yang notabene baru saja selesai mengadakan acara arisan plus yasinan ala ibu-ibu kumpulan erte, eitz... bukan Dwi ya... tapi ibunya. Nah, dimulai dari mencari rumahnya yang menjelibeb aje gebe... Jalan Cendana gang 5 terus masuk dan cari sub gang ke dua nah yang sebenarnya akan lebih mudah kalau dia mengatakan nama sub gangnya yang notabene Blok C kalau tidak salah. itik-itik kami hampir saja makan pembukaan di tempat orang yang kami tidak kenal. Mengasyikan bukan? Haanh memalukan! ==.
Well, lanjut ke rumah si empunya acara yang sudah selesai. Kami diberikan makanan sesuai jumlah kami... Hmm menyenangkan sekali karena perut emang sudah kruyuk-kruyuk... :D *nyengir kuda*
Kami menunggu Kurab yang satu motor bersama Muso. Ugh! lama. Sepakat kami makan lebih dulu. Yap... sampai makanan bagian kami habis pun mereka--Kurab dan Muso--belum datang. Setelah telpon betelpon cukup lama akhirnya mereka datang. Ups! Lupa ada hal yang menarik selama menunggu mereka datang, perbincangan menarik yang berawal dari pertanyaan "Bagaimana kalau kita musuhin Kurab?" kami terkikik seram dan menyetujui usulan yang entah dari siapa...
Mereka datang dan kami langsung menyambut Muso dengan bahagia dan lebay tanpa mengindahkan kurab alias menganggapnya tidak ada.. Hehe kejamnya kami... Selama mereka menikmati makanan, si malaikat kami menawarkan emping dan kerupuk yang langsung dengan lebay kami tawarkan ke Muso lagi-lagi tanpa mengindahkan Kurab. Si Kurab menghadapinya dengan tegar *huhu terharu... BOHONG! Kami semua menahan ketawa dan hampir mati gara-gara ulahnya yang melekat pada dirinya*
Makan selesai. Si malaikat kembali menawarkan sesuatu yaitu Teh dan Kopi lagi-lagi kami hanya memberi tawaran kepada Muso dan memberi satu gelas pada Kurab tapi kami menganggapnya sebagai dhemit... *hyaaa... maafkan kami #nahan ketawa#*
Lalu pada perbincangan ngawur ngelantur dari kutub utara sampai kutub selatan yang diladeni Kurab dengan santai dan khasnya yang membuat--terkekeh, ngakak, dan mau mati menahan ketawa--Kamut menutup mukanya beberapa kali agar tidak terlihat dia sedang tertawa. Tapi memang dasar Kurab, berhasil lah dia membuat kami semua tertawa meskipun kami mengalihkannya seakan-akan menertawakan hal lain yang sebenarnya adalah menertawakan tingkah lakunya.
Lalu kejadian itu sebenarnya mau dihentikan kak Ali dengan menyuruh kami semua diam lalu kak Ali pura-pura kaget ternyata ada Kurab yang kami sambut dengan kaget pula dan disambut lagi dengan guyonan ala Kurab "Aku gak apa-apa, aku anaknya kuat." Buhuaahahahah tawa kami meledak hebat di jarum pendek yang menunjukkan pukul 10 malam lewat tapi obrolah tidak jelas membuat kami melupakan waktu sejenak.
Kami menganggap Kurab sebagai anak tetangga nyasar.
"Lho Kurab kok baru datang? dari mana?"
"Iya, tadi aku dari Tenggarong, "jawabnya polos seakan sungguhan seorang anak kecil *yang memuakkan*
"Lho tadi ke sini naik apa?"
Bagian ini aku lupa apa jawabannya.
....
"Kurab punya sepeda?"
"Punya, empat."
Ahaha, kami tertawa dengan antusias. Empat? dari mana??
"Empat?"
"Iya, yang mereknya Heheeeboooohhh"
Sentak kami meledak dalam tawa. Hebat dia masih ingat iklan sepeda itu yang munculnya jaman 95an jaman aku masih umur empat tahun *eitz! nggak pake ingusan*
Nah, ngomong ngomong ingusan, obrolan banting setir ke arah ingusan dari sepeda...
"Aceng, nak jangan dekat-dekat Kurab ya??" ujar Ika yang bertindak sebagai ibu Aceng.
"Kurab jangan dekat-dekat anak saya yaa? Kamu ingusan," lanjut Ika.
"Iya, aku berakan anaknya."
Wuakakakak LOL dah semua yang ada di situ.
Panjang cerita kami akhiri obrolah tidak jelas arah tujuan itu saat pukul setengah sebelas lewat karena ya karena itu panggung bukan milik kami dan yang punya panggung punya tetangga. Haha...
Kami sudahi dengan pamitan kepada yang empunya rumah dan kami pulang. *baca: ke kampus buat ambil barang* setelah itu perjalanan menuju tempat istirahat masing-masing yang besoknya kami bercerita kami semua tertawa sampai sebelum tidur gara-gara Kurab.
Kurab pun akhirnya menjadi bahan gosip sampai dua hari gara-gara "berakkan" dan "heebooohh".
Hahahahaha! Sumpah! Yang jadi kurab itu ternyata llebih ''ngautis'' dari yg q bayangin! Dia sosok pemimpin????????????????? Meragukan eui
BalasHapushaha bukan yang jadi Kurab. emang Kurab! hahaha
BalasHapus